MENYIAPKAN GENERASI PENERUS RISALAH #Bagian1 : Regenerasi Pasti, Kaderisasi Mesti.

Ilustrasi Menyiapkan Generasi Penerus Risalah

Oleh : Mang Dadan Dania

Bina Muda Cicalengka, 15 Juni 2024 – Ada banyak hikmah dari peristiwa dan sejarah penyembelihan hewan qurban, salah satunya adalah Ismail As putra Nabi Ibrohim As terselamatkan kehidupannya. Tetap eksisnya Ismail As adalah keselamatan generasi penerus baik penerus silsilah keluarga maupun penerus perjuangan penegakan risalah sebagai misi dan idealisme para nabi.

Selain Nabi Musa As, Nabi Ibrahim As adalah Nabi yang lebih banyak diceritakan oleh Alloh di dalam Al quran. Alloh menggambarkan track record aktivitas dan juga medeskripsikan karakter serta kecerdasannya. Kelakuannya yang kontrovrsial seperti kasus pembantaian patung-patung yang menjadi sembahan masarakatnya pada saat itu.

Di dalam Al Quran dikisahkan bagaimana Nabi Ibrohim menghadapi berbagai masalah, mulai dari masalah keluarga, komunitas dan hubungan dirinya dengan pemerintahan pada waktu itu. Alloh menceritakan bagaimana Nabi Ibrohim melewati ujian dan cobaan dengan berhasil.

Bukan hanya kalakuan tapi juga gagasan-gagasannya. Ada beberapa proposal yang terbilang nyeleneh yang disampaikan kepada Alloh. Seperti kasus burung yang dicabik-cabik. Nabi Ibrohim juga ingin dirinya viral di kemudian hari sebagaimana usulan yang disampaikan dalam do’a:

وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۙ

QS 26 As-Syu’ara ayat 84.  dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,

Bahkan ada permintaan yang bernada nepotisme sebagaimana direkam dalam Surat 2 Albaqoroh ayat 124.

۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ

124. “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”

Ketika Nabi Ibrohim dilantik oleh Alloh swt sebagai Imam Manusia, serta merta Nabi Ibrohim menyampaikan proposal, agar yang menjadi pemimpin itu jangan hanya dia tapi juga keturunannya. Alloh tidak menolak, it’s OK, hanya saja Alloh tidak memberi garansi kepada keturunan yang zholim.

Usulan regenerasi yang bernada nepotisme juga dikumandangkan oleh Nabi Zakariyya. Al Qur an menggambarkan bagaimana kekhawatiran Nabi Zakariyya mngenai masa depan pengikutnya dan ia meminta agar hadir keturunan yang dapat mewarisi dan meneruskan perjuangannya. Di dalam QS 19 Maryam disebutkan:

وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ

5. “Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu,”

يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

6. “yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.”

Dalam kondisi tulang telah melela dan kepala sudah menyala, sementara Rahim sang istri dirasa hampa. Nabi Zakariyya tiada jeda meminta agar dihadirkan keturunan yang akan mewarisi kepemimpinannya dan meneruskan idealismenya serta idealisme keluarga Yaqub pada umumnya.

Bahkan seungguhnyasemua kaum mu’minin memiliki sikap seperti itu, sikap yang dianjurkan oleh Alloh. Permintaan menjadi imam itu bukan saja buat diri dan anak cucu tapi juga bagi sang istri sebagaimana dinyatakan dalam QS 25 Al Furqon ayat 74-75.

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

74. “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

اُولٰۤىِٕكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوْا وَيُلَقَّوْنَ فِيْهَا تَحِيَّةً وَّسَلٰمًا ۙ

75. “Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam.”

Jadi jelas, bukan hanya domain para Nabi, menyiapkan generasi berikut dari kalangan kerabat dekat itu, tetapi harus menjadi visi segenap kaum mu’minin, termasuk kita.

Regenerasi Pasti, Kaderisasi Mesti.

Kepemimpinan itu memiliki periodesasi kendati kepemimpinan seumur hidup. Pemimpin itu ada yang berhenti karena regulasi ada yang berhenti karenamati ada juga yang berhenti karena interpelasi. Apa pun model berhentinya, hal itu menggambarkan bakal adanya regenerasi, bakal adanya peralihan kaderisasi oleh sebab itu menyiapkan kader pemimpin mejadi mesti.

Kader yang dipersiapkan memiliki dua peran, yaitu peran konservasi dan peran konversasi. Peran konservasi artinya kader dipersiapkan mewarisi nilai-nilai idealism, dalam hal ini risalah Islam. Ada pun peran konversasi adalah upaya melakukan pengembangan dan updating system dagar kompatibel dengan kodisi hadapan.

Kembali kepada do’a dalam QS 25 ayat 74. Dalam ayat itu tersirat dua permintaan sebagai tahapan. Permintaan pertama adalah memiliki pasangan dan keturunan yang mumpuni, keluarga yang eye catching (qurrota a’yuuni). Permintaan kedua adalah dari keluarga yang mumpuni tersebut lahir pemimpin yang kompeten untuk menegakkan risalah Islam dan mendorong warga menjadi kaum mutaqin. Proses ini mesti ditekuni dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Alloh meyebutkan pada ayat ke 75 bahwa syurga itu balasan bagi kesabaran dalam berproses.

Mengapa orang baik jarang berhasil dalam proses plahiran pemimpin melalui pemilihan? Karena doanya adalah menjadi imam para mutaqin, jumlah para mutaqin masih sedikit jadi yang memilih kalah banyak. Atau bila jumlah pemilih banyak tapi ada upaya lain yang menyebabkan hasil pemilihan diselesaikan lewat musyawarah, peserta musyawarah yang mutaqinnya kalah banyak.

Oleh karena itu untuk menjadi pemimpin kita kembali kepada dua tahapan do’a diatas, yang pertama membangun keluarga yang mumpuni. Terkait dengan bagaimana membina keluarga, telah sering dibahas oleh narasumber lain. Baik hubungan suami istri, hubungan orangtua anak dan sebaliknya serta seluk beluk kehidupan berkeluarga lainnya.

Yang penting keluarga mumpuni itu memiliki kompetensi dalam hal kecerdasan, kemakmuran, kemasyarakatan dan kepemimpinan yang didasari oleh keyakinan akan kebenaran ajaran Islam. Mengapa demikian? Karena kita akan mewariskan nilai-nilai kepada generasi penerus kita. Kalu kita tuna nilai, apa yang hendak kita wariskan.

Yang kedua adalah secara bersama-sama membina ketakwaan keluarga dan masyarakat. Bila program ini berjalan maka akan banyak orang-orang mutaqin yang pada gilirannya akan menjadi pemimpin baik untuk para mutaqin maupun untuk calon mutaqin.

* Penulis merupakan salah satu Keluarga Besar Bina Muda Cicalengka.

Buka Chat
Assalamualaikum, bisa kami bantu?
Assalamualaikum,
Ada yang bisa kami bantu?