Oleh : Mang Dadan Dania*
Tiga Kalimat Kunci sebagai Modal Keselamatan Generasi.
Ada tiga kalimat kunci yang cukup mujarab sebagai modal keselamatan generasi, yaitu: Yakin akan kebenaran ajaran Islam; Insap akan tanggungjawab dan Hasrat melatih diri.
Yakin Akan kebenaran ajaran Islam merupakan kunci utama bagi manusia untuk menjalani hidup dan kehidupan. Topik ini telah sering dibincangkan jadi tidak dibahas pada kesempatan ini. Yang jelas, karena yang akan diwarisi dan diteruskan oleh generasi adalah Risalah Islam, maka yakin akan kebenaran Islam harus menjadi milik kita, tanpa ini semua yang kita lakukan tidak bernilai.
Sadar dan Tanggungjawab.
Kalimat kedua, Insap akan tanggungjawab. Menurut KBBI insap ini sama artinya dengan sadar. Jadi kalimat kunci kedua mengandung dua kata yaitu sadar (syu’ur) dan tanggungjawab (mas uliyah). Sadar atau tepatnya kesadaran menjadi topik yang disampaikan pada tingkatan training.
Bahasan mengenai kesadaran antara lain dibahas dalam uraian di bawah ini:
Kesadaran Kepribadian melalui Johari Window. Ada empat kategori kesadaran pribadi yaitu: Terbuka, dirinya tahu dan orang lain tahu; Terlena, dirinya tidak tahu, orang lain tahu; Tertutup, dirinya tahu orang lain tidak tahu dan Misteri, dirinya tahu orang lain juga tidak tahu.
Jendela Gojali, ‘Kesadaran Intelektual’ ala Imam Gojali, yaitu: ‘Alim, orang yang tahu dan sadar dirinya tahu; muta’alim, orang yang tidak tahu dan sadar dirinya tidak tahu; An-Na’im, orang yang tahu tapi tidak sadar dirinya tahu dan Al Jahil, orang yang tidak tahu dan tidak sadar bahwa dirinya tidak tahu.
Konsientisasi Paulo Freire. Menurut Freire kesadaran manusia itu terbagi menjadi tiga, yakni kesadaran magis, kesadaran naif dan kesadaran kritis. Konsep
Pertama Kesadaran Magis, seseorang yang tidak sadar dan tidak mengetahui bahwa dirinya itu tidak bisa melakukan suatu pekerjaan. Orang memiliki kesadaran magis tidak tahu terkait situasi dan kondisi yang ada di lingkungnnya, dia tidak memahami keadaan hadapan dari segi ontologis, empistemologis dan aksiologis. Dia hanya sekadar ikut-ikutan tanpa ada tujuan yang jelas.
Kedua Kesadaran Naif, seseorang yang sebenarnya dengan keterbatasan dan kekurangan yang ada pada dirinya akan tetapi ia tidak melakukan usaha untuk menutupi keterbatasannya. Punya ambisi untuk menjadi tapi malas untuk membina kompetensi. Di lingkungan organisasi sosok dengan kesadaran naif adalah, dia tahu bahwa organisasinya mandeg, tidak produktif namun dia tidak menunjukkan peranserta dan prakarsa untuk menjadi penggerak.
Ketiga Kesadaran Kritis, seseorang yang tidak mampu dan menyadari ketidak mampuannya dan dengan optimis membina diri agar memiliki kemampuan. Ketika organisasi dalam keadaan captive maka dia mengambil inisiatif untuk menggerakkan kembali roda aktivitas. Kesadaran kritis mendorong seseorang untuk ambil peran dalam penyelesaian masalah.
Pada kesempatan ini tidak membahas ketiga uraian kesadaran sebagaimana disajikan di atas, pada kesempatan kita akan mencoba-pahami kesadaran yang merujuk kepada Al Quran. Kata dalam Bahasa Arab yang diterjemahkan dengan kata sadar dalam Bahasa Indonesia adalah syu’ur-yasy’urun. Dalam Al Quran terdapat sebanyak 21 kali kata yasy’uruun (يشعرُون), salah satu diantaranya terdapat pada QS 2 Al Baqoroh ayat 9
يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ
9. “Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.”
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
10. “Dalam hati mereka ada TOXIC, lalu Allah menambah TOKSIX-nya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.”
Kesadaran seseorang mengenai posisi dirinya akan menumbuhkan rasa tanggungjawab untuk menunjukkan peranannya. Kesadaran apa saja yang harus ditanamkan sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab dan menunjukkan peran nyata?
Kesadaran sebagai hamba.
Keyakinan akan kebenaran ajaran Islam sudah pasti akan menanamkan keadaran seseorang sebagai Hamba Alloh. Bila kesadaran sebagaihamba tertanam kuat maka tertanam juga sikap ‘hayatuna kuluha ‘ibadah’ seluruh hidup ini tiada hanyalah lain untuk beribadah. Semua jenis ibadah menurut ajaran Islam adalah ‘La’alakum tataqun’ supaya bertaqwa. Adapun buah ketaqwaan diantaranya dimudahkan menemukan solusi untuk menyelesaikan pelbagai persoalan dalam kehidupan sebagaimana firman Alloh dalam QS 65 At-Tholaq ayat 2 dan 3 :
ذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ
2. “Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,”
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
3. “dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”
Kesadaran seorang hamba akan menjadi respon generator. Ia bukan saja mudah menemukan solusi tapi juga dimudahkan dalam mendapatkan sumber dana untuk mengimplementasikan program dan aktivitas dalam proses penyelesaian masalah.
Kesadaran sebagai bagian dari semesta (universum).
Seseorang yang menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari semesta makai a akan berupaya mendayagunakan alam semesta semaksimal mungkin demi kemakmuran manusia seoptimal mungkin. Demi keberlanjutan dan kamaslahatan maka pendayagunaan akan disertai dengan pemeliharaan alam semesta. Kita wajib mendayagunakan sumberdaya alam, Alloh sudah menegaskan bahwa apa yang ada di langit dan dibumi ditundukkan kepada kita (Sakhoro lakumussamawaati wal ardl) demikian juga poteni yang ada di lautan dan daratan (sakhoro lakumul bahri wal baari).
Dunia ini fasilitas bagi kita, mka selayaknya kita menyusuri dunia ini untuk melakukan observasi, eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam sebagai sumber rejeki. Alloh menegaskan hal ini dalam QS 67 Al Mulku ayat 15
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
15. “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Bila tidak didasari sebagai bagian dari alam semesta maka eksplorasi dan eksplotitasi akan menimbulkan keruysakan dan madarat. Perilaku ini sering tidak disadari.
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”
Ketika para pembuat kebijakan ditegur agar tidak membuat kerusakan, para pembesar dengan gagahnya menyatakan:
Kami membuat undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden dan regulasi lainnya ini tiada lain untuk kemaslahatan. Kebijakan dan programkerja yang kami rumuskan semata-mata kesejahteraan segenap bangsa. Apa yang kami lakukan adalah kebaikan untuk semesta.
Kesadaran sebagai anwa’in, kesadaran sebagai bagian dari spesies.
Kita adalah bagian dari spesies Bani Adam, spesies yang diciptakan dengan segala kemuliaan (Laqod Karomna Bani Adam). Tanggungjawab dan peran kita sebagai warga spesies Bani Adam adalah memelihara dan menjaga agar manusia tetapmenyandang status karom atau mulia, jangan sampai kita terdegradasi menjadi mahluk yang hina dan bahkan lebih sesat dari binatang. Indikator kehinaan antara lain tuli, tidak mendengar aspirasi, bisu tidak menyampaikankritik demi kebenaran tegaknya dan tidak memanpaatkan potensi akalnya. Hal ini digambarkan dalam QS 8 Al Anfal ayat 22 :
۞ اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ
22. “Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk yang bergerak di atas bumi dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mau mendengar dan tidak mau mengatakan kebenaran), yaitu orang-orang yang tidak mengerti.”
Tugas dan tanggungjawab sebagai bagian dari spesies adalah menjaga marwah Bani Adam tetapmulia. Perjuangan kemanusiaan adalah kesadaran Nurani manusia, oleh sebab itu bila ada kajahatan kemanusiaan maka siapapun manusia yang memiliki nurani tanpa memandang suku bangsa dan agama akan bererak melakukan protes sebagaimana yang mengmuka pada kaus GAZA dan RAFAH saat ini.
Kesadaran sebagai bagian dari bangsa dan suku bangsa.
Kesadaran sebagai bangsa dan suku bangsa dapat membangun loyalitas dan solidaritas tanpa memandang agama yang dianut.
Allah mnciptakan manusia berbeda bangsa dan suku bangsanya. Kewajiban kita adalah mengenal bangsa lain dan memperkenalkan bangsa kita kepada bangsa lain. Manjaga mengembangkan dan bahkan sakadar mengagumi nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa baik bentuk benda atau bukan benda adalah wajar. Akan tetapi tidak pada tempatnya menghina bangsa lain dengan sebutan-sebutan yang tidak pantas. Dalam pandangan Alloh yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.
Kesadaran sebagai komuntas.
Berbeda dengan kesadaran sebagai spesies yang tidak mempermasalahkan perbedaan suku bangsa dan agama. Juga kesadaran barbangsa yang tidak mempermasalahkan perbedaan agama. Dalam berkomunitas justru itu menjadi bagian terpenting untuk mengikat atau memilah.
Menjadi bagian dari semesta, dari spesies, dari bangsa dan suku bangsa sifatnya mabni. Tetapi menjadi bagian dari komunitas sipatnya pilihan. Oleh sebab itu butu sesuatu yang homogen sebagai pengikat solidaritas.
Dari Kesadaran dan Tanggungjawab lahirlah Hasrat Melatih Diri.
Kesadaran dan tanggungjawab akan mendorong seseorang untuk memberi respon positif terhadap permasalahan hadapan. Kemestian berperan serta dalam pengambiln keputusan dan penyelesaian masalah menuntut seseorang untuk terus membina diri supaya kemampuannya terus terperbarui. Dengan melatih diri maka basyiroh (wawasan) semakin luas dan sakilah (keterampilan) semakin terasah. Oleh sebab itu istitho’ah (Kapabiitas) terus meningkat.
Tuntutan untuk membina diri tersebut selaras dengan firman Alloh dalam Quran Surat Al Israa ayat 36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
36. “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
Dengan modal ketiga kalimat kunci diatas, insyaa-alloh keselamatan generasi akan terpelihara.
* Penulis merupakan salah satu Keluarga Besar Bina Muda Cicalengka.